Monday, March 20, 2006

Berbaik Sangka Kepada ALLAH

Berbaik Sangka Kepada Allah

DALAM kehidupan, tidak ada manusia yang terbebas dari ujian. Baik yang kaya maupun yang miskin, semuanya pasti pernah merasakan. Seperti ujian yang dialami saudara-saudara kita di Aceh, Sumut. Semua dapat luluh lantak dengan sekali tiupan. Dan bagi kita, manusia hal tersebut sudah menjadi sunatullah. Sikap berbaik sangka atas qadha dan qodar Allah adalah sikap yang harus dimiliki oleh orang beriman. Apabila ditimpa ujian maka akan menerimanya dengan penuh keyakinan.
1. Yakin, bahwa ujian yang terjadi semua atas kehendak Allah. Itu suatu tanda bahwa Allahlah yang berhak untuk membangun, meluluhlantakan semua ciptaan-Nya.
2. Yakin, bahwa Allah Mahasuci dari perbuatan dzolim pada hamba-Nya. Dengan kasihnya, dibalik kepahitan terhimpun kasih sayang yang senantiasa memancar.
3. Yakin, setiap keputusan, ketetapan sudah diukur. Dia Mahatahu kemampuan, kekuatan hamba-hamba-Nya sehingga Dia tidak akan mencelakakannya.
4. Yakin, setiap ujian ada akhirnya. Dunia ini fana. Dan setiap ujian menjadi sinyal bahwa apa yang kita miliki di dunia tidak akan abadi, semua akan sirna.
5. Yakin, bahwa ujian yang melimpah akan mendatangkan hikmah yang teramat dalam. Allah memberikan ujian maka sudah mempersiapkan juga keberuntungan yang sangat besar.
Ujian yang Allah berikan tak lain hanyalah untuk kebaikan hamba-Nya. Jangan resah dengan ujian yang menimpa dan jangan mengeluh dengan kegetiran yang bertubi-tubi karena sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum maka Dia akan mendatangkan ujian kepada mereka “Barang siapa rela dengan ujian itu maka dia akan memperoleh kerelaan-Nya, dan barang siapa membenci-Nya maka dia akan memperoleh kebencian-Nya”.
Saudaraku, pupuklah sikap berbaik sangka kepada Allah, yakinlah dibalik ujian ada sebongkah kebaikan yang sudah Allah persiapkan.








Al-Khobir, Yang Maha Mengetahui
Oleh : K.H. Abdullah Gymnastiar
Disadur dari : http://www.detik.com

Bismillahirrahmaanirrahiim
"Wahai anakku, sesungguhnya kalau ada satu butir biji sawi yang tersembunyi di dalam batu atau di langit atau di bumi, maka Allah mengetahuinya. Sungguh Allah itu Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (QS.31 : 16)
Allah SWT mempunyai nama indah Al-Khobir. "Kho", "ba", dan "ro", itulah huruf-huruf penyusunnya. Kata yang tersusun dari huruf-huruf tersebut berkisar maknanya pada dua hal, yaitu pengetahuan dan kelemahlembutan. Khobir biasanya digunakan untuk menunjukkan pengetahuan yang dalam dan sangat rinci menyangkut hal-hal yang sangat tersembunyi.
Menurut Imam Al-Ghozali, Al-Khobir adalah yang tidak tersembunyi bagi-Nya hal-hal yang sangat dalam dan yang disembunyikan. Tidak terjadi sesuatu pun dalam kerajaan-Nya yang di dunia maupun alam raya kecuali diketahui-Nya. Tidak bergerak atau diam satu butir atom pun dan tidak bergerak atau tenang satu jiwa pun kecuali ada beritanya di sisi Allah.
Allah mengetahui apapun yang dikandung hati atau disimpan oleh pikiran. Bisikan-bisikan nafsu, ajakan-ajakan syetan, khayalan-khayalan pikiran, prasangka-prasangka di hati, rencana-rencana jahat, komentar-komentar dan gumaman hati, semua ada dalam pengetahuan Allah.
Ada dua tindakan yang dapat dilakukan untuk meneladani asma Al-Khobir ini. Tindakan pertama menyangkut hubungan keluar dengan makhluk lain. Kita sadar bahwa pengetahuan kita sangat terbatas. Kita tidak tahu isi hati dan kepala orang lain, dan kita pun tidak tahu banyak tentang maksud-maksud di balik penciptaan makhluk disekitar kita. Berangkat dari kesadaran ini, maka akhlak yang patut dikembangkan adalah baik sangka! Selalu berbaik sangka kepada Allah dan sesama. Bila kita melihat orang yang cacat, seperti pincang, buta, atau lumpuh, janganlah mencela tetapi berbaik sangkalah, karena boleh jadi cacat itu pada fisiknya saja sedangkan batinnya penuh kemuliaan dan kesempurnaan karena ridho menerima ketentuan Allah. Bila kita mencela maka kitalah yang sebenarnya cacat. Cacat hati karena tidak mampu melihat hikmah Allah, cacat adab karena merendahkan makhluk Allah, dan cacat Akhlak karena baru bisa mencela dan tidak mampu berbuat untuk menolong.
Tindakan kedua menyangkut diri kita sendiri. Pertama, kenalilah jasad ini dan hubungkan dengan kekuasaan Allah. Kedua, kenalilah kekurangan-kekurangan kita dalam segi ilmu, sikap, dan perilaku dan hubungkanlah dengan pengawasan Allah. Ketiga, kenalilah tujuan hidup ini dan selaraskan dengan keinginan Allah.
Bila kita perhatikan jasad ini, maka insya Allah kita sadar dari mana asal kita dan siapakah kita. Dari setetes air yang hina, ke mana-mana membawa kotoran dan kalau sudah mati menjadi bangkai, itulah jasad ini. Tidak berdaya bila sudah kena penyakit. Bila sudah tua akan mengeriput dan melemah. Tidak ada yang patut disombongkan. Bila kita perhatikan betapa besar karunia Allah atas tubuh ini, maka insyaAllah kita sadar bahwa keindahan dan kesempurnaan tubuh ini Allah-lah yang membuat. Kekurangan dan kecacatan pun bukan kita yang menghendaki. Ini akan melahirkan rasa terima kasih dan rasa menerima.
Sibukkanlah diri melihat kekurangan diri lalu bekerjalah untuk memperbaiki. Kita tahu betapa bodohnya kita dan betapa sedikitnya ibadah kita. Yang sedikit itupun kita rusak dengan tidak khusyuk dan kita hancurkan dengan ketidakikhlasan. Kita seharusnya malu kepada Allah karena kebusukan-kebusukan kita.
Hidup ini untuk akhirat. Awasilah setiap tindakan agar benar-benar diniatkan karena Allah dan selalu berada di jalan Allah. Belajar dari Al-Khobir membuat kita banyak melihat ke dalam diri dengan waspada dan melihat keluar diri dengan berbaik sangka.